Kamis, 02 Februari 2017

Ketika Kukira Aku Istimewa

Ketika Kukira Aku
Istimewa
Agustus, tahun pertama


    Kukira hanya untukku dirimu. Ternyata kau terbagi ke segala penjuru, sporadis memberi angin surga pada kawanan pemangsa.

    Masih kurangkah telinga ini mendengar keluh kesahmu? Belum cukupkah waktuku untuk membalas segala aduanmu? Jika aku yang kau rasa menenangkanmu, lantas mengapa ia yang menenangkanmu? Siapa gerangan dirinya? Dari mana datangnya? Mengapa aku tidak melihatnya datang? Tampaknya, terlalu rapi kau sembunyikan musuhku didalam selimutmu (siapapun yang berusaha merenggutmu akan kuanggap musuhku). Jadi selama ini, saat aku berharap, mungkin saja kau dan dirinya sedang menikmati malam minggu bersama. Saat aku terbuai, mungkin saja kalian sedang bergandengan tangan. Saat aku hendak membantu masalah-masalahmu, sudah ada dirinya yang menjadi kesatria untukmu. Bravo. Luar biasa.

    Dan kalah sebelum berperang adalah perasaan yang sangat menyebalkan.

    Hari ini mau tak mau harus kembali lagi kupakai topeng senyumku. Kusimpan lagi perasaanku rapat-rapat.

    "Selamat," kataku.

    Padahal, bara membakar hati. Sembari hangus, aku terus mengutuk diri sendiri. Wahai kau yang berjubah api, puaskah kau menjadikanku arang? Sebenar-benarnya cemburu yang menyakitkan adalah cemburu pada seseorang yang tidak peduli akan perasaan kita. Namun, ini bukan salahmu... Sungguh. Memang aku saja yang tidak pernah cukup berani  untuk menjabarkan apa yang sepatutnya kau ketahui. "Selamat," ulangku dengan penuh kemunafikkan. Padahal, diam-diam kudoakan ia mati saja.

    Kau tersenyum, matamu berbinar. Entah lugu atau pura-pura tak mengerti mengenai apa yang kupendam. Dan aku yang bodoh ini terkunci rapat-rapat didalam labirinmu; tak tahu jalan keluar.

    Secara terselubung, kususupi hari-harimu dengan pengharapan. Secercah harapan mampu hadir bahkan di ruang tergelap. Tenang saja, kau takkan kehilangan segala perhatianku. Aku hanya menyembunyikannya dengan lebih rapi lagi.

    Ya.... Aku mengalah. Aku mengalah karena aku percaya, kalau kau memang untukku. Sejauh apapun kakimu membawamu lari, jalan yang kau tempuh hanya akan membawamu kembali padaku.





28 komentar:

  1. ada yg lebih rapi lagi dari kalimat yg kau buat bung, sungguh indah

    BalasHapus
  2. Satu kata buat Tulisan ini
    TERBAIK๐Ÿ˜

    BalasHapus
  3. Jika aku yang kau rasa menenangkanmu, lantas mengapa ia yang memenangkanmu? Bukan menenangkan lagi ๐Ÿ˜…

    BalasHapus
  4. wow mungkin ak harus belajar menulis seperti itu

    BalasHapus
  5. Hari ini mau tak mau harus kembali lagi kupakai topeng senyumku. Kusimpan lagi perasaanku rapat-rapat.
    hem

    BalasHapus
  6. mantul..๐Ÿ‘๐Ÿ‘
    follow juga blog saya.

    BalasHapus
  7. Duhh bagus banget๐Ÿ˜๐Ÿ˜”

    BalasHapus
  8. Lagi berada di posisi itu ngena banget min๐Ÿค•

    BalasHapus
  9. Ciinn Buciin, tapi aku suka wkwkw๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

    BalasHapus
  10. Semua yg kau tulis begitu nyata bung

    BalasHapus
  11. Izin aku bacaaiin ya di channel rangfilm00

    BalasHapus
  12. Mantap bgt ๐Ÿ˜ฅ๐Ÿ˜ฅ๐Ÿ˜ฅ๐Ÿ˜…๐Ÿ˜…๐Ÿ˜ข

    BalasHapus
  13. Sungguh kata katamu mengagumkan bung๐Ÿ˜Š

    BalasHapus