Rabu, 01 Februari 2017

Memandangmu Dengan Samar

Memandangmu 
Dengan samar
September, tahun ketiga 

   Aku bisa menuntunmu saat kau tersesat. Aku bisa memelukmu saat kau bersedih. Aku bisa bertahan menunggumu berubah. Aku bisa mengalah menghadapi egomu. Aku bisa memalsukan senyumanku sendiri. Tapi aku manusia. Pada akhir sebuah hari, aku bisa kecewa. Aku bisa muak dengan perkelahian-perkelahian kita yang menjadi terlalu sering, atas apa yang terlalu absurd untuk di ungkit. Sampai-sampai, aku tidak tahu lagi alasan kita berkelahi. Apa yang engkau mau dan apa yang aku mau, kadang bukan untuk dirangkum dalam bahasa. Lagi-lagi kita berujung saling maki. 

      Ada bagian darimu yang terkikis di setiap perjumpaan kita, sebagaimana ada bagian dariku yang tergores disetiap pertikaian kita.

      Coba kau ingat kembali perjuangan kita mencari dermaga yang semestinya melabuhkan kapal kita. Waktu itu kau dan aku kuat menghadang ombak dan badai. Saat ini, kau memilih untuk mendayung ke arah yang berbeda, dan aku memilih untuk mengisi perjalanan kita dengan diam. Lantas, apakah ini waktu yang tepat untuk meninggalkan kapal? Membiarkannya karam bersama mimpi-mimpi yang tenggelam. Karena sungguh, aku tidak pernah memahami amarahmu, sebagaimana kau tak pernah memahami hancurku.

     Aku memandangmu dengan samar, sebagaimana engkau memikirkanku dengan nanar. 

     Pergilah! Cari kapal yang lebih besar untuk mendekatkanmu pada apa yang engkau mau. Namun, sebelum kau menyerah, ajari aku berjalan tanpamu, tersenyum tanpamu, bernapas tanpamu. Aku yang keras kepala akan ada disini, menunggumu, atau apapun yang tersisa darimu.

      Sesekali ombak menggodaku. Katanya, lebih baik sendirian tapi punya seseorang yang peduli, daripada punya pasangan tapi merasa sendirian. Aku tidak tahu apakah harus terbahak-bahak, ataukah harus merenung. Memikirkanmu selalu abu-abu. Aku hampir tidak lagi melihat batasan senang dengan sedih. Sekarang aku mengerti, bahwa tak selamanya rasa harus dimengerti.

  Aku sudah bersiap untuk kehilanganmu, sebagaimana kau sudah bersiap untuk melepaskanku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar