Untukmu Yang
Berjubah Api
Mei, tahun pertama
Untukmu yang berjubah api, hangatmu mencairkan hati yang membeku; hati yang sempat kudinginkan karena luka masa lalu. Apa kau tahu? Meratapai puing di antara reruntuhan kisah lama, tanpa mengikuti ritme dunia, adalah ilusi yang menenangkan. Jadi, tak usah mengharapkanku menitipkan sesuatu yang belum tentu bisa kau jaga. Meski mungkin, pengharapan darimu hanyalah pengharapan dariku semata.
Jangan memikat jika kau tak berniat mengikat.
Kau imigran gelap yang menjelajahi khayalku tanpa permisi, lalu singgah di ujung mimpi. Mantra apa yang kau taburkan hingga aku menggilaimu seperti ini? Senjata apa yang kau pakai hingga tamengku tak sekuat dulu? Haruskah aku menyerah dihadapanmu? Atau perlukah aku berpura-pura tangguh? Apa mesti kau ku usir? Atau kubiarkan saja kau menetap?
Jika ingin menetap, jangan menetap sebagai "tanda tanya", tapi sebagai "titik" pengembaraan. Kau jernih di antara buram, nyata diantara nanar. Biar kurengkuh dirimu beberapa milimeter ke dekat jantungku, agar detaknya seirama dengan jantungmu. Karena aku ingin hatiku dan hatimu berkonspirasi, berkonsorsium, berkongsi, berkompilasi, berkomplot, hingga pada akhirnya berkolaborasi. Karena aku yang egois ini hanya ingin kau menjadi miliku seorang.
Untukmu yang berjubah api, kuharap hangatmu takkan padam, karena aku tahu akupun tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar